Timlo Solo
Timlo adalah sejenis sup dengan irisan hati dan rempela ayam sebagai isi utamanya. Selain kedua jeroan unggas tersebut, ada beberapa variasi lain yang menjadi isi sajian berkuah ini. Ada telur pindang, juga sosis. "Namun, sosis yang dipakai di sini bukan seperti yang dijual di supermarket, melainkan lebih mirip lumpia," jelas Yunanto Adhi Prasetyo, pemilik warung Timlo Maestro. Biasanya, tambah dia, santapan ini dihidangkan bersama sepiring nasi.
Timlo di tempat Yunanto dijual dengan harga yang beragam, bergantung pada menu yang dipesan pelanggan. Satu porsi timlo rempela hati bisa dinikmati dengan merogoh kocek Rp 9.000 saja. Ada pula timlo telur rempela hati yang dihargai Rp 12 ribu per porsinya. Sementara satu mangkuk timlo sosis rempela hati dapat diperoleh dengan membayar Rp 13 ribu. Atau Anda mau mencoba timlo telur sosis? Cukup dengan Rp 11 ribu saja.
Yunanto menuturkan, makanan ini pertama kali dicetuskan oleh kakeknya, almarhum Sastro Hartono pada 1957. Awalnya, sang kakek berjualan timlo di dekat Keraton Kasunanan Surakarta. Usaha ini terus berkembang, hingga akhirnya Sastro mampu membuka warung sendiri.
Sate Buntel
Perjalanan dengan kereta api selama delapan jam dari Jakarta-Solo, membuat saya dan Tahta merasa lapar. Karenanya, begitu sampai di Stasiun Balapansolo, kami langsung mencari tempat makan untuk mengisi perut yang kosong.
Beruntung, tidak jauh dari stasiun tersebut, kami menemukan sebuah warung yang menjual aneka hidangan daging kambing. Namanya Warung Sate Kambing H Kasdi. Dari sekian menu yang ditawarkan, ada satu sajian yang membuat air liur saya menetes.
Orang-orang di daerah ini menyebutnya sate buntel. Kuliner khas asli Solo ini dibuat dari daging kambing yang digiling, selanjutnya dikepal dan dibungkus dengan lemak tipis. Daging lalu dibakar bersama campuran bumbu, di antaranya berupa ketumbar, gula aren, bawang putih, dan asam jawa.
Sate buntel yang sudah matang kemudian dihidangkan bersama kecap, irisan bawang merah, kol, dan tomat. Bagi yang suka pedas, bisa menambahkan cabai rawit atau bubuk merica pada santapan ini. Soal rasanya tak usah ditanya. Hidangan ini benar-benar membuat lidah saya bergoyang!
Warung H Kasdi yang berada di Jl Monginsidi Kota Solo ini berdiri sejak 1981. Di sini, satu porsi sate buntel dapat dinikmati dengan Rp 15 ribu saja.
Serabi Solo
Di telinga masyarakat Indonesia, jajanan pasar bernama serabi tentu sudah tidak asing lagi. Kendati demikian, kurang lengkap rasanya bila bertandang ke Kota Solo tanpa mencicipi serabinya yang khas.
Seperti umumnya serabi, serabi solo juga dibuat dari tepung beras dan santan kelapa sebagai bahan utamanya. Namun, yang membedakan adalah topping alias lapisan atasnya. Ada bermacam-macam topping serabi solo. Di antaranya, berupa potongan nangka, pisang, cokelat, dan durian. Selain itu, tekstur serabi solo juga lebih lembut dari serabi-serabi lain yang pernah saya rasakan. Penjual penganan ini acap dijumpai di sepanjang Jl Slamet Riyadi Solo. Satu kotak serabi--yang biasanya berisi 15 buah--dibanderol seharga Rp 15 ribu.
Sumber: Republika
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
0 comments:
Post a Comment